Rabu, 19 Mei 2010

MENINJAU KEMBALI KOMITMENT KE ISLAMAN DAN KE INDONESIAAN HMI Kontekstualisasi Sejarah Perjuangan HMI di Era Ke Kinian

MENINJAU KEMBALI KOMITMENT KE ISLAMAN DAN KE INDONESIAAN HMI
Kontekstualisasi Sejarah Perjuangan HMI di Era Ke Kinian
Oleh : Ramahadin Damanik
Disampaikan dalam Basic Training HMI Komisariat Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tanggal 14 Mei 2010 di Dusun Pugeran,Patuk Gunung Kidul.


Dan Katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah Aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) Aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong
Dan Katakanlah: "Yang benar Telah datang dan yang batil Telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.
( Al – Isra’ Ayat 80 – 81 )


A. Pengertian Sejarah Perjuangan HMI
Sejarah
Mengikut pandangan "Bapa Sejarah" Herodotus, Sejarah ialah satu kajian untuk menceritakan satu kitaran jatuh bangunnya seseorang tokoh, masyarakat dan peradaban Mengikut definisi yang diberikan oleh Aristotle, bahwa Sejarah merupakan satu sistem yang mengira kejadian semulajadi dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau juga Sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti yang kukuh . Agus Salim Sitompul mendefinisikan sejarah adalah pelajaran dan pengetahuan tentang perjalanan masa lampau umat manusia mengenai apa yang dikerjakan, dikatakan, dipikirkan oleh manusia masa lampau untuk menjadi cerminan dan pedoman berupa pelajaran, peringatan, kebenaran bagi masa kini dan mendatang untuk meneguhkan hati nurani .
Perjuangan
Perjuangan adalah suatu kesungguhan yang disertai usaha yang teratur, tertib, dan berencana untuk mengubah suatu kondisi yang baik atau yang tidak sesuai dengan tuntutan kontemporer, sehingga terciptanya suasana baru yang belum pernah terjadi sebelumnya sesuai dengan kebutuhan kontemporer sebagaimana kita kehendaki menuju keridhoanAllah Swt.

Himpunan Mahasiswa Islam ( HMI )
Himpunan Mahasiswa Islam ( HMI ) yaitu Organisasi Mahasiswa Islam yang diinisiasi berdirinya oleh Lafran Pane dan didukung 14 orang Mahasiswa STI lainnya, didirikan di Yogyakarta tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H/5 Februari 1947, yang kedudukan Pengurus Besarnya di Jl, Diponegoro 16 Jakarta Pusat.

B. Tujuan Mempelajari Sejarah – Perjuangan – HMI
Dalam mempelajari dan memaparkan sejarah apapun, kita tidak bisa melupakan atau menegasikan tiga dimensi waktu yaitu masa silam, masa kini dan masa akan datang. Sehingga pada prinsipnya mempelajari atau memaparkan sejarah bukanlah sebatas beromantisme sejarah melainkan melakukan penafsiran akan masa lampau dalam rangka penghayatan yang actual untuk memenuhi kebutuhan masa depan,

C. Arti Penting Organisasi
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
( Al – Imran ayat 104 )
Dari ayat diatas setidaknya dapat kita ambil sebuah makna yang terkandung didalamnya, yaitu Setiap individu dari setiap muslim memiliki kewajiban untuk menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran, oleh karena itu keberadaan Organisasi menjadi penting dan memiliki peran yang sangat besar untuk melakukan dakwah kebaikan dan mencegah kemungkaran. Karena Organisasi merupakan alat yang paling efektif untuk melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar.

D. Kembali Ke Masa Lampau ( Mengapa HMI Berdiri dan Untuk Siapa HMI Ada? )
Setidaknya ada delapan latar belakang berdirinya HMI dalam pandangan Agus salim Sitompul, yaitu : 1.Penjajahan Belanda atas Indonesia dan Tuntutan perang Kemerdekaan, 2. Kesenjangan dan kejumudan Umat Islam dalam pengetahuan, pemahaman, dan penghayatan serta pengamalan Ajaran Islam. 3. Kebutuhan akan pemahaman dan penghayatan keagamaan. 4. Munculnya Polarisasi Politik. 5. Berkembangnya paham dan ajaran komunis, 6. Kedudukan Perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang strategis, 7. Kemajemukan Bangsa Indonesia. 8. Tuntutan Modernisasi dan tantangan masa depan.
Dalam tulisan ini, penulis tidak ingin mengurai semua latar belakang berdirinya HMI dalam pandangan Agus salim Sitompul, akan tetapi mencoba untuk menyederhanakan akan tetapi tidak mengurangi substansi mengapa HMI itu berdiri.
Untuk menjawab dari sub tema diatas, mengapa HMI berdiri ? memang bukanlah hal yang sederhana untuk dijawab, melainkan membutuhkan pembacaan yang jauh kebelakang dan luas, oleh karena itu untuk menjawab itu perlu kiranya kita melakukan pembacaan akan situasi dan kondisi Indonesia ataupun Dunia pada saat itu,

1. Kondisi Bangsa Indonesia
Kolonialisasi Belanda terhadap Indonesia dimulai pada tahun 1596, dengan mendaratnya Cornelis de Houtman mendarat di Banten, dengan membawa tiga missi a. Penjajahan itu sendiri dan segala bentuk penjajahannya, b. misi zending agama Kristen, c. Peradaban Barat dengan ciri sekularisme dan liberalisme. Kolonialisasi yang dilakukan oleh Belanda terhadap Indonesia membawa dampak yang sangat luas dan dalam, baik dari aspek politik, pemerintahan, hukum, pendidikan, ekonomi dan lain – lain.
Dalam aspek politik, dengan keberadaan Belanda telah menghilangkan kebebasan dan kemerdekaan rakyat Indonesia untuk menentukan masa depannya sendiri, kemerdekaan itu dirampas sehingga Bangsa ini tidak memiliki kedaulatan.
Dalam Aspek pemerintahan, Belanda ingin mendirikan kerajaan nya di Indonesia dengan membangun pusat – pusat militer dan Administrasi serta pola gubernur dalam system pemerintahan merupakan cara untuk mendirikan kerajaan Belanda di Indonesia dengan tujuan menguasai seluruh wilayah Indonesia.
Dalam Aspek hukum, Pelaksanaan hukum di Indonesia tidak sesuai dengan kondisi sosiologis Masyarakat Indonesia, praktek hukum yang terjadi adalah praktek hukum rimba, sikuat kan selalu menang dan silemah menjadi pecundang.
Dalam Aspek Pendidikan, Nur Cholis Madjid berpendapat bahwa akibat dari penjajahan Belanda, membuat umat Islam terkuras tenaganya untuk menghadapi penjajahan itu, dan tidak ada kesempatan untuk memperhatikan dan memikirkan masalah pendidikan. Sehingga tentunya banyak kendala dan tantangan yang harus dihadapi, baik lembaga pendidikan, Kurikulum, Metode, sarana dan prasarana serta tenaga pendidik yang berkualitas dan juga kemampuan manajerial yang handal, dari seluruh rentetan problem maupun kendala tersebut berimbas terhadap pengetahuan, pemahaman dan penghayatan serta pengamalan agama Islam.
Dalam Aspek ekonomi, Eksploitasi segala Sumber daya Alam, dan system kerja paksa merupakan bukti kejamnya Belanda terhadap Indonesia, akan tetapi yang lebih kejam dan sampai saat ini kita rasakan adalah dengan kehadiran Belanda Ke Indonesia, itulah cikal – bakal masuknya idelogi kapitalisme di Indonesia atau sekarang telah menjelma menjadi Neo – Liberalisme yang lebih kejam.

2. Kondisi Mikrobilogis Umat Islam di Indonesia
Lafran pane pernah mengkaji masalah ini dalam tulisannya tentang kondisi Masyarakat Islam Indonesia, dan membaginya menjadi empat golongan ; pertama , golongan awam, sebagai golongan terbesar yang melakukan agama Islam sebagai kewajiban yang diadatkan, seperti upacara kawin, upacara kematian dan selamatan, kedua, Golongan Mistik , golongan ini yang mengabaikan kehidupan dunia, dan hanya memikirkan Akhirat. Dan bahkan mereka berpandangan bahwa kemiskinan dan penderitaan merupakan salah satu jalan untuk segera bersatu dengan Tuhan. Ketiga , Golongan Alim Ulama, Golongan ini yang mengenal dan mempraktekkan agama Islam sesuai dengan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW yang tersebut dalam hadist – hadist dan riwayat, golongan ini tidak hanya mencontoh Nabi Muhammad sebagai Rasul, akan tetapi sifat dan kebiasaan nya yang tidak lepas dari Masyarakat Arab, yang bertentangan dengan Bangsa Indonesia.ke empat , golongan terpelajar, golongan kecil yang mencoba menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman sesuai dengan wujud dan hakekat agama islam, mereka berusaha supaya agama Islam dapat diamalkan dalam masyarakat Indonesia sekarang .

3. Kondisi Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan
Pendidikan tinggi Universitas di Indonesia baru dibuka pada tahun 1920 yaitu Technise Hoogschool ( sekolah tinggi teknik) di Bandung, Tahun 1924 Menyusul Rechts Hoogschool ( sekolah tinggi hokum ) di Batavia, dan tahun 1927 dibuka Stovia dirubah menjadi Geneeskundige Hoogeschool ( sekolah tinggi kedokteran di Batavia . Di Yogyakarta juga berdiri sekolah tinggi teknik Bandung di Yogyakarta , tanggal 17 Februari 1946, kemudian Fakultas Hukum dan Fakultas sastra didirikan oleh yayasan Balai perguruan Tinggi “ Gadjah Mada “ tanggal 3 Maret 1946, kemudian di Klaten dan Solo terdapat Fakultas kedokteran, Kedokteran gigi, farmasi,Pertanian, dan Fakultas kedokteran hewan didirikan pada tahun 1946 , dan berdiri pula Akademi Ilmu Kepolisian .
Sejalan dengan perkembangan Perguruan tinggi maupun perkembangan sosial budaya , politik maupun pendidikan yang begitu pesat, berdirilah organisasi mahasiswa local, seperti Persatuan Mahasiswa Indonesia Djakarta ( PMID ) , Himpunan Mahasiswa Djakarta ( HMD ), Masyarakat Mahasiswa Bogor ( MMB ) Perhimpunan Mahasiswa Bandung ( PMB ), Gerakan Mahasiswa Surabaya ( GMS ) Gerakan Mahasiswa Makassar ( GMM ) , Bulan Oktober 1946 berdiri Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta ( PMY ) sebagai satu – satunya Organisasi mahasiswa di Yogyakarta, waktu itu anggotanya meliputi Mahasiswa BPT Gadjah Mada, STT, STI, di solo tahun 1946 berdiri Serikat Mahasiswa Indonesia ( SMI ), kedua organisasi itu berhaluan ideology Komunis, dan tidak ada satupun Organisasi mahasiswa itu yang berorientasi Islam.
Melihat kenyataan diatas dan segala kemungkinan implikasinya, atas prakarsa Lafran Pane didirikanlah HMI tahun 1947, dengan memberikan warna baru dalam pergerakan Islam kontemporer, karena selama ini, keanggotaan Organisasi – Organisasi Islam berasal dari desa dan kota, yang tingkat pendidikannya beragam dan ada yang tidak sekolah, oleh karena itu Agus salim sitompul mengungkapkan bahwa HMI yang berstatus Organisasi Mahasiswa memainkan perannya yang sangat strategis, yaitu ; Pembentukan dan pembinaan Mahasiswa kelas menengah mayarakat yang tinggal di kota, terdiri dari Mahasiswa – Mahasiswa sebagai calon cendikiawan dan pemimpin dimasa mendatang, yang sehari – hari bergumul dan akrab dengan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai penggerak modernisasi , yang didasari agama Islam dan dibingkai dengan ideology KeIslaman dan keindonesiaan.

Dari Deskripsi diatas, setidaknya Pertanyaan dalam sub judul diatas, bisa dijawab, walaupun belum mewakili keseluruhan proses sejarah yang dilewati, Jawaban dari pertanyaan “Mengapa HMI berdiri ? “ dapat disimpulkan bahwa Karena Kondisi Islam, Indonesia dan Mahasiswa merupakan sebuah jawaban yang pasti dengan segala kondisi dan situasi yang ada pada saat itu, kemudian di abadikan menjadi tiga komitment HMI yaitu ; KeIslaman, KeIndonesiaan dan KeMahasiswaan.
Dan Pertanyaan mengenai “ Untuk Siapa HMI ada ? “ jawaban tersebut dirumuskan dalamTujuan HMI berdiri pertama kali tahun 1947, yaitu “ Mempertahankan NKRI dan Mempertinggi Derajat Rakyat Indonesia dan Menegakkan dan Mengembangkan Syiar Islam “, oleh karena itu, HMI “ada” hanyalah untuk Indonesia dan Islam, untuk Bangsa dan Umat, bukan untuk sekelompok orang atau Individu yang mengatasnamakan Kebenaran.

E. HMI Kini dan Akan Datang ( Antara Cita dan Kehancuran )

Perjalanan panjang sejarah Perjuangan HMI yang saat ini telah mencapai Usia 63 tahun, usia yang cukup tua jika dikomparasikan dengan ukuran manusia, tentunya telah banyak yang dilakukan untuk Umat dan bangsa ini, walau demikian disamping HMI pernah mengalami masa ke jayaan nya pada tahun 1970 – an sampai akhir 1980 –an, masa kejayaan di awali dimasa Kepemimpian Nur Cholis Madjid sebagai Ketua Umum PB HMI tahun 1969 – 1971, dan Mulai munculnya kemunduran HMI tahun 1980 – an dengan ditandai dengan perpecahan di tubuh HMI yang berawal pada tahun 1985 dan klimaksnya tahun 1988.
Kemunduran itu dapat kita lihat dari seluruh aktivitas di HMI, sudah sangat jauh dari apa yang di harapkan, Baik dari sisi Kuantitas maupun Kualitas, ditambah lagi dengan problem internal HMI yang semakin jauh dari Independensinya, ketergantungan dan menjadikan HMI sebagai jembatan mobilitas vertical ( Karier politik ) sudah tidak lagi menjadi hal yang tabu atau bahkan sudah menjadi rahasia umum, sehingga orientasi perjuangan telah berubah, yang seharusnya berorientasi kepada umat dan bangsa, sekarang lebih kepada pemuasan birahi politik semata. Padahal kondisi bangsa saat ini, sangat membutuhkan para pejuang yang ikhlas dan benar – benar memiliki integritas, seharusnya kita malu kepada Sejarah, khususnya kepada para pemuda – pemudi yang Ikhlas berjuang demi kemerdekaan bangsa ini, Soekarno, Hatta, Natsir, Tanmalaka, Kartini, dan lain sebagainya, dimasa mudanya mereka habiskan untuk berjuang tanpa letih dan lelah menghadapi penjajah dengan segala ancaman,hukuman dan segala konsekuensinya. Jika kita mau berkaca, seharusnya kita Malu juga dengan lafran pane dan Kawan – kawan, yang memperjuangkan berdirinya HMI ditengah gempuran PKI dan sluruh underbownya, mereka tetapkuat dan tidak gentar, semua itu mereka lakukan demi Umat dan Bangsa.
Tantangan Bangsa Indonesia dan HMI saat ini, sangatlah besar, Musuh yang tidak tampak tapi telah menjamur dimana – mana, kolonialisasi Ilmu pengetahuan dan Metodologi telah terjadi, HMI sebagai representasi Indonesia dan Islam harus mampu merespon nya dengan cepat dan tepat, Neo – Liberalisme telah menggurita di bumi pertiwi ini, jika itu semua di biarkan tanpa perlawanan apapun, maka tunggulah masa kehancuran.
Di akhir tulisan ini, saya ingin menyimpulkan dengan satu pertanyaan dan harus di jawab oleh semua individu anggota / atau yang merasa dirinya kader Himpunan, sebuah pertanyaan reflektif dan membutuhkan jawaban yang harus visioner bukan temporal, apalagi hanya untuk memenuhi kepuasan birahi politik, Pertanyaan yang harus ada dalam benak kita semua adalah ; “ Apa yang harus dilakukan HMI terhadap kondisi Bangsa dan Umat saat ini ? “ silahkan di pikirkan dan lakukanlah jawaban yang ada dalam pikir dan hatimu…

Yakinlah Bahwa setiap Usaha Pasti Akan sampai…..
Billahitauffiq walhidayah
Wassalamualaikum



KEPUSTAKAAN
Dahlan Ranuwihardjo, A. Pergerakan Pemuda Setelah Proklamasi ( beberapa catatan ), (Jakarta : penerbit: Yayasan Idayu, 1979 )
Lafran Pane , Keadaan dan kemungkinan Kebudayaan Islam di Indonesia dalam Pedoman lengkap Kongres Muslim Indonesia 20 – 25 Desember 1949 di Yogyakarta . ( Yogyakarta , Penetia Pusat KMI Bagian Penerangan, 1949 )
Madjid, Nurcholis , Prospek Perkembangan Intelektual Muslim ( ditulis sebagai pokok – pokok bahan diskusi dalam seminar dipesantren Parenduan, Madura, 27 desember 1996 )
Rifleks, Sejarah Indonesia Modern,
Suntralingam,R. Pengenalan Kepada Sejarah, Merican and Sons., Sdn. Bhd., Kuala Lumpur, 1985
Salim, Agus Sitompul, Sejarah Perjuangan HMI ( 1947 – 1975 ) , Surabaya , Penerbit Bina Ilmu 1976
Salim Agus Sitompul ( Sejarah perjuangan HMI )Makalah disampaikan dalam LK I HMI Tarbiyah tahun 2009
Tim Penyusun Panduan Akademik 1996 Universitas Gadjah Mada, Panduan Akademik Universitas Gadjah Mada 1996( Yogyakarta , 1996)
Yusof M. Ibrahim, 1986, Pengertian Sejarah, Beberapa Perbahasan Mengenai Teori dan Kaedah, Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur.

Selasa, 11 Mei 2010

Kesehatan Reproduksi di Indonesia Harus Di Prioritaskan

Kesehatan Reproduksi di Indonesia Harus Di Prioritaskan
Oleh Ramahadin Damanik
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa Indonesia berada pada posisi tertinggi angka kematian Ibu pada saat kehamilan dan persalinan se - ASEAN, sedikitnya 18.000 ibu meninggal setiap tahun dikarenakan kehamilan atau persalinan, berarti setiap 30 menit seorang perempuan meninggal karena kehamilan dan persalinan, akibatnya setiap tahunnya 36.000 balita menjadi piatu. Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001 menyebutkan angka kematian ibu di Indonesia 396 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah itu meningkat dibandingkan dengan hasil survei 1995, yaitu 373 per 100.000 kelahiran hidup. Departemen Kesehatan menargetkan tahun 2010 angka kematian ibu turun menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup. Apakah target ini bisa dicapai? Berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan angka kematian ibu, misalnya melalui program Maternal and Child Health, Safe Motherhood, Gerakan Sayang Ibu, dan Making Pregnancy Safer. Sayangnya, kasus kematian ibu tetap saja tinggi.
Di Kabupaten Bantul Angka kematian ibu melahirkan, selama tahun 2008 mengalami kenaikan 300 persen. Kenaikan ini, bila dibanding tahun-tahun sebelumnya mengalami kenaikan yang cukup tajam. Artinya, selama ini sistem pembangunan kesehatan atau penanganan ibu melahirkan di kabupaten itu ada kesalahan. Buktinya persoalan kesehatan khususnya jumlah ibu melahirkan meninggal mengalami kenaikan sangat tajam. Pada tahun 2007 tercatat angka ibu melahirkan meninggal, jumlahnya mencapai 6 kasus. Sedangkan pada tahun 2008 naik menjadi 18 kasus, yang dilansir dalam situs resmi kementerian bidang kesejahteraan rakyat .

Jika kita lihat lebih dalam permasalahan ini, setidaknya ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka kematian ibu pada saat kehamilan dan persalinan, Pertama ; Tidak tersedianya layanan kesehatan khususnya untuk kehamilan dan persalinan yang memadai disetiap kecamatan atau desa sehingga masyarakat lebih memilih untuk tidak melakukan periksa kandungan secara rutin. Kedua ; Tingginya Angka kematian ibu dalam kehamilan dan persalinan memiliki korelasi yang cukup signifikan dengan faktor kemiskinan, mahalnya biaya konsultasi dan persalinan secara medis menyebabkan masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi menengah kebawah lebih memilih jalan dengan cara – cara tradisional, sehingga proses persalinan yang tidak sesuai dengan prosedur medis menyebabkan kematian, maka menjadi urgent untuk bagaimana para ibu hamil menyerahkan proses persalinannya kepada jalur medis dengan cara memberikan pelayanan yang terjangkau oleh semua tingkat ekonomi masyarakat . Ketiga ; Rendahnya pengetahuan masyarakat khususnya perempuan dalam hal kesehatan reproduksi, sehingga masyarakat khususnya perempuan tidak memiliki kesadaran yang tinggi untuk senantiasa melakukan perawatan kehamilan dengan cara senantiasa berkonsultasi kepada dokter yang memiliki spesialisasi tentang kehamilan atau kepada masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.

Pengaruh Kolonialisme Belanda terhadap Pendidikan Di Indonesia Refleksi kritis Sejarah Pendidikan Di Indonesia

Pengaruh Kolonialisme Belanda terhadap Pendidikan Di Indonesia
Refleksi kritis Sejarah Pendidikan Di Indonesia
Oleh ; Ramahadin Damanik

“…bangsa kita sudah tidak ambil peduli pada bangsanya
Yang telah jadi setengah atau jadi Belanda.”

SEBUAH PENGANTAR

Pengetahuan generasi muda Indonesia tentang sejarah Bangsanya, masih bisa dikatakan relative rendah, padahal kesadaran akan sejarah menjadi sesuatu yang sangat penting untuk di tanamkan kedalam benak para generasi muda, seorang pemuda Indonesia dalam suatu seminar di Negara Belanda menyatakan bahwa bangsa Indonesia “ tidak tahu” sejarah ( maksudnya adalah pengetahuan sejarahnya kurang sekali ), bahkan Soekarno pernah mengatakan “ JAS MERAH “ ( Jangan sekali – kali Melupakan Sejarah ). Itu semua menunjukkan betapa pentingnya mengetahui dan memiliki kesadaran akan Sejarah, terlebih sejarah bangsanya sendiri.
Perjalanan panjang sejarah Bangsa Indonesia jika kita telusuri lebih jauh, memang sungguh sangat mengenaskan, kolonialisasi yang dilakukan oleh bangsa Barat terhadap Bumi Nusantara ini ( selanjutnya di sebut dengan Indonesia ) tak mengenal batas dan rasa belas kasihan. Kekayaan alam yang dimiliki bangsa ini menjadi daya tarik bagi Negara Negara Barat, khususnya Inggris, Portugis, Spanyol dan Belanda, kedatangan mereka tidak hanya untuk mengeksploitasi kekayaan alam bangsa ini, mereka juga ingin melakukan transformasi “Missi dan Zending “ yang kita kenal dengan istilah God, Gold, Gospel.
Kedatangan Belanda ke Indonesia dengan Missinya telah memporak – porandakan peradaban bangsa Indonesia dari bangsa yang memiliki peradaban tinggi dan umumnya sudah beragama Islam, semua system social pun mengalami perubahan yang cukup signifikan, khususnya system ekonomi yang mengarah kepada kapitalisme, jika boleh meng – claim bahwa inilah cikal – bakal system ekonomi kapitalisme atau sekarang Neo liberalism masuk ke Indonesia, sehingga budaya gotong royong bangsa ini semakin terkikis yang terjadi adalah sikap individualistic.
Kolonialisasi telah menghancurkan tatanan peradaban bangsa ini, salah satu elan vital yang di hancurkan adalah Pendidikan, karena pendidikan merupakan medium yang paling efektif untuk melakukan transformasi ide karena pendidikan tidak bisa dilepaskan dari politik dan ideologi akan tetapi yang menjadi masalah adalah Belanda memanfaatkan medium pendidikan untuk melakukan hegemoni kekuasaan, dalam prakteknya akses pendidikan hanya diperuntukkan kepada keturunan Belanda sendiri atau pribumi yang memiliki darah atau garis keturunan bangsawan, inilah awal dari komersialisasi pendidikan di Indonesia.
Jika kita melihat dari isi pendidikan yang di terapkan oleh Belanda adalah menanamkan Nilai – nilai sekularisme dalam satu sisi dalam pendidikan di Indonesia, yang ingin memisahkan agama dan dunia, juga pendidikan di jadikan sebagai alat untuk menyebarkan agama kristiani. Dalam kesempatan ini, yang lebih menarik untuk di bahas adalah masuknya nilai – nilai sekularisme dalam pendidikan di Indonesia, yang mana tentunya memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap model dan corak pendidikan di Indonesia.
“ Sekolah “ merupakan model pendidikan yang diterapkan oleh Belanda, padahal di Indonesia telah ada model pendidikan, seperti surau, langgar, padepokan, dan sampai kepada Pesantren, kehadiran model pendidikan Sekolah secara tidak langsung telah menjadi anti tesa dari model pendidikan di Indonesia, sehingga kesan yang muncul adalah pendidikan seperti pesantren dianggap pendidikan Tradisional sedangkan sekolah dianggap modern.
Kehadiran model pendidikan Sekolah juga menimbulkan kesenjangan social, karena seperti yang telah disebutkan diatas bahwa pendidikan yang diterapkan oleh belanda hanya di akses oleh kalangan tertentu saja, seperti keturunan Belanda dan anak dari bangsawan, sedangkan masyarakat kecil tidak dapat mengakses pendidikan, hal ini jika kita telusuri lebih jauh, merupakan sebuah rekayasa social yang bertujuan untuk mempertahankan status quo, karena dengan memberikan kesempatan pendidikan kepada anak bangsa ini, maka akan lahir pemberontak – pemberontak yang akan menganggu stabilitas Belanda dalam penjajahan.

Billahittaufiq walhidayah
Wassalamulaikum Wr,wb

KONSEP – KONSEP POKOK DALAM SUPERVISI

RESUME MATA KULIAH
ADMINISTRASI DAN SUPERVISI PENDIDIKAN
Oleh Ramahadin Damanik


KONSEP – KONSEP POKOK DALAM SUPERVISI

1. Pengertian dan Fungsi Supervisi
Terlalu banyak tokoh yang melakukan pendefinisian tentang supervise, hal ini lazim terjadi, karena factor social, politik, ekonomi maupun factor yang lain yang mengkonstruksi definisi tersebut, setidaknya dalam kesempatan kali ini, ada beberapa pengertian tentang supervise menurut beberapa tokoh atau sumber yang lain yang akan di paparkan, semoga definisi tersebut representative dan sesuai dengan konteks zaman, antara lain;
a. Dalam Carter Good’s Dictionary of Education yang dikutip oleh Oteng Sutisna ( 1983 ), supervise didefinisikan sebagai ;
“ Segala sesuatu dari para pejabat sekolah yang diangkat yang diarahkan kepada penyediaan kepemimpinan bagi para guru dan tenaga pendidikan lain dalam perbaikan pengajaran, melihat stimulasi pertumbuhan professional dan perkembangan dari para guru, seleksi dan revisi tujuan – tujuan pendidikan, bahan – bahan pengajaran, dan metode – metode mengajar, dan evaluasi pengajaran “

b. Kimball Wiles ( 1955 ) mendefinisikan supervise sebagai “ bantuan dalam pengembangan situasi belajar – mengajar agar memperoleh kondisi yang lebih baik,” walaupun tujuan akhirnya adalah hasil belajar siswa, namun yang diutamakan adalah bantuan kepada guru, yang tentunya pada akhirnya akan berdampak kepada siswa, karena ada hubungan antara kemampuan yang dimiliki guru terhadap keberhasilan proses belajar.

c. Broadmab et.al yang dikutip oleh Oteng Sutisna ( 1983 ; 56 ) dalam buku yang dia tulis, yaitu ;
“ Supervision of instruction in the effort to stimulate, coordinate, and guide the continued growth of the teacher in the school, both individually and collectively, in better understanding and more effective performance at all the function of instruction so that may be better able to stimulate and guide the continued growth of every pupil toward the richest and most intelligent participation and modern democratic society.”
Dalam kutipan tersebut menjelaskan bahwa supervise bertujuan untuk membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut, selain itu supervise juga membantu guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya. Dan juga bantuan itu diberikan kepada guru agar mampu mengidentifikasi kesulitan individual siswa sehingga dapat merencanakan pembelajaran secara lebih tepat, melalui analisis kebutuahan dan kondisi yang dimiliki siswa.
Broadmab juga menyebutkan bahwa supervise bertujuan membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam satu tim efektif , bekerja sama secara akrab dan bersahabat serta saling menghargai satu dengan lainnya, dan makna lain yang terkandung didalamnya adalah bahwa supervise dimaksudkan untuk membantu guru dalam member pengertian kepada masyarakat mengenai program yang sudah dan direncanakan oleh sekolah agar masyarakat dapat mengerti dan membantu usaha sekolah.

d. Sergiovani ( 1980 ) menyatakan bahwa supervise bukan hanya dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk tetapi oleh seluruh personel yang ada disekolah ( by the entire school staffs ), sehingga tujuan utama kegiatan supervise adalah meningkatkan kualitas pembelajaran, yang harapan akhirnya juga pada prestasi siswa, sehingga dalam prosesnya semua unsure memiliki kaitan dan hubungan yang dialektis, antara lain ; siswa, guru dan personel lain, peralatan, pengelolaan, maupun lingkungan tempat belajar.
Dari beberapa definisi yang dikemukan oleh beberapa tokoh, setidaknya ada tiga fungsi supervise, yaitu ; ( 1 ) Sebagai kegiatan meningkatkan mutu pembelajaran, ( 2 ) Sebagai pemicu atau penggerak terjadinya perubahan pada unsure – unsure yang terkait dengan pembelajaran, dan ( 3 ) sebagai kegiatan memimpin dan membimbing.
1) Fungsi Meningkatkan Mutu Pembelajaran
Supervisi yang berfungsi meningkatkan mutu pembelajaran merupakan supervise dengan ruang lingkup yang sempit, tertuju pada aspek akademik, khususnya diruang kelas ketika guru sedang memberikan bantuan dan arahan kepada siswa.
2) Fungsi Memicu Unsur yang terkait dengan pembelajaran
Supervisi yang berfungsi memicu atau penggerak terjadinya perubahan tertuju pada unsure – unsure yang terkait dengan atau bahkan yang merupakan factor – factor yang berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pembelajaran, oleh karena sifatnya melayani atau mendukung kualitas pembelajaran, supervise ini dikenal dengan istilah supervise administrasi.
3) Fungsi membina dan memimpin
Dalam hal ini supervise merupakan kegiatan yang diarahkan kepada penyediaan kepemimpinan bagi para guru dan tenaga pendidikan lain, maka jelas bahwa supervise mempunyai fungsi memimpin yang dilakukan oleh pejabat yang diserahi tugas memimpin sekolah, yaitu kepala sekolah, diarahkan kepada guru da tenaga tata usaha.

2. Tipe – Tipe Supervisi
Jika dikaitkan dengan konsep lama bahwa supervise dilakukan oleh pemimpin sebagai orang yang berada diatas, yang berperan sebagai pemimpin dan pembimbing, maka tipe – tipe supervise tidak bisa dilepaskan dari tipe – tipe kepemimpian, tetapi juga tipe – tipe kepengawasan, Maka setidaknya ada lima tipe supervise, yaitu ;




a. Tipe Inspeksi
Tipe ini sering ditemukan dalam administrasi dan model kepemimpinan otokratis, karena dalam supervise ini mengutamakan pencarian kesalahan orang lain, sehingga personel yang melaksanakan tipe ini disebut “ inspektur “ petugas yang bertugas mengawasi pekerjaan guru, supervise inspeksi ini dijalankan terutama untuk mengawasi, meneliti dan mencermati apakah guru dan petugas sekolah sudah melaksanakan seluruh tugas yang diperintahkan serta ditentukan oleh atasannya, selain itu juga supervisor mengukur sejauh mana tugas – tugas yang diperintahkan tersebut sudah dapat diselesaikan.

b. Tipe Laisses Faire
Tipe Laisses Faire merupakan supervise yang dilakukan dengan memberikan kebebasan gerak kepada unsure – unsure yang ada dalam sebuah lembaga atau institusi untuk berinisiatif dalam mengembangkan segala hal. Satu sisi tipe ini baik, jika individu – individu yang ada dalam unsure tersebut memiliki kemampuan yang relative sama, akan tetapi tipe ini akan menjadi tidak baik jika diterapkan dalam sebuah lembaga yang unsure didalamnya memiliki kemampuan yang bervariasi atau bahkan tidak memiliki kemampuan.

c. Tipe Coersive
Tipe Coersive sama dengan supervise otoriter, dan tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi , karena memiliki sifat yang memaksa, sehingga dalam prakteknya supervisor memaksakan kehendaknya, tanpa mempertimbangkan situasi dan kondisi yang ada. Namun tipe ini bukan seluruhnya salah, hanya saja dalam prakteknya harus disesuaikan dengan kondisi yang ada, contohnya ketika dalam sebuah institusi atau lembaga, pegawai atau orang yang terlibat didalamnya belum memiliki kemampuan atau pengalaman, maka tipe ini bisa dilaksanakan, supaya pegawai tidak ragu atau kehilangan arah.



d. Tipe Training and Guidance
Supervisi tipe training dan guidance diartikan sebagai memberikan pelatihan dan bimbingan, dengan sebuah teori bahwa pendidikan merupakan proses pertumbuhan, perkembangan serta peningkatan, dalam tipe ini juga tentunya memiliki kelemahan yaitu kurangnya kepercayaan pada guru dan karyawan bahwa mereka mampu mengembangkan diri tanpa selalu diawasi, dilatih dan dibimbing oleh atasannya.

e. Tipe Demokrasi
Supervisi tipe demokratis memerlukan kondisi dan situasi khusus, tentunya adannya kepemimpinan yang bersifat demokratis pula, sehingga kondisi dan situasi kepemimpinan sekolah memang kondusif untuk terjadinya supervise tipe demokratis, maka fungsi – fungsi pengarahan, kordinasi, dan evaluasi dapat terjadi bukan satu arah, tetapi kolaboratif, sehingga meniscayakan adanya kerjasama semua pihak yang ada dalam organisasi.
Untuk memperoleh kemampuan memimpin seperti yang diharapkan tersebut seorang kepala sekolah harus mampu menciptakan kerja sama dengan para wakil kepala sekolah sehingga secara bersama – bersama dapat mengembangkan sekolah seutuhnya secara komprehensif dan terpadu.

3. Prinsip – Prinsip Supervisi
Adapun prinsip – prinsip supervise adalah ;
a. Supervisi bersifat memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada staf guru dan staf sekolah lain untuk mengatasi masalah dan mengatasi kesulitan, dan bukan mencari – cari kesalahan.
b. Pemberian bantuan dan bimbingan dilakukan secara langsung , artinya bahwa bimbingan dan bantuan tersebut tidak diberikan secara langsung tetapi harus diupayakan agar pihak yang bersangkutan tanpa dipaksa atau dibukakan hatinya dapat merasa sendiri atau sepadan dengan kemampuan untuk mengatasi masalah sendiri.
c. Memberikan saran dan umpan balik secepat mungkin, dan memberikan ruang dialog kepada pegawai yang akan disupervisi, sehingga akan terjalinnya hubungan yang erat antara supervisor dengan yang disupervisi.
d. Kontiniuitas, artinya bahwa kegiatan supervise dilakukan secara berkala dan berkelanjutan, sehingga aka ada target capain yang semakin meningkat.
e. Relasi antara supervisor dan yang di supervise harus bersifat subyek – subyek, bukan subyek – obyek, sehingga akan terjadi proses interaksi yang baik antara supervisor dengan yang disupervisi.
f. Dokumentasi, maksudnya adalah dalam proses supervise, supervisor harus mendokumentasikan segala hasil supervisinya, baik berupa catatan singkat, atau yang lain yang berisi hal – hal penting, sehingga tidak terjadi a historist dalam proses supervise.
Sedangkan Ngalim Purwanto berpendapat bahwa prinsip – prinsipyang harus diperhatikan dalam supervise adalah ;
a. Supervisi hendaknya bersifat konstruktif dan kreatif, maksudnya adalah supervisor harus mampu memberikan motivasi kepada pihak yang disupervisi sehingga tumbuh dorongan atau motivasi untuk bekerja lebih giat dan mencapai hasil yang lebih baik.
b. Supervisi hendaknya didasarkan pada keadaan dan kenyataan yang sesuai dengan sebenar – benarnya.
c. Supervisi dilaksanakan dengan sederhana, tidak terlalu kaku dan muluk tapi sewajarnya.
d. Supervisi hendaknya memberikan rasa aman kepada pihak – pihak yang disupervisi, bukan sebaliknya.
e. Profesionalitas harus dibangun dalam proses supervise, sehingga tidak ada tendensi pribadi antara supervisor dan yang disupervisi.
f. Didasarkan pada jenis kemampuan, kesanggupan serta kondisi dan sikap pihak yang disupervisi, agar tidak menimbulkan rasa strees pada pihak yang disupervisi.
g. Dilaksanakan tidak dalam kondisi yang mendesak atau tiba – tiba, karena justru akan menimbulkan kegelisahan, implikasinya adalah tumbuh rasa jengkel.
h. Supervisi bukanlah inspeksi atau pemeriksaan
i. Supervisi merupakan sebuah kegiatan yang hasilnya memerlukan proses yang kadang – kadang tidak sederhana.
j. Supervisi hendaknya bersifat preventif, korektif dan cooperative.

Oteng Sutisna ( 1983 ) berpendapat adanya beberapa prinsip pokok tentang supervise, yaitu ;
a. Supervisi merupakan bagian integral dari program pendidikan, supervise adalah layanan yang bersifat kerjasama,
b. Pada dasarnya semua personel pelaksana pendidikan disekolah memerlukan dan berhak atas bantuan supervise
c. Supervisi hendaknya disesuaikan dengan kondisi setempat karena berguna untuk memenuhi kebutuahan perseorangan dari personel sekolah
d. Supervisi adalah layanan yang tidak mungkin berjalan satu pihak melainkan kerja sama
e. Supervisi hendaknya membantu menjelaskan tujuan – tujuan dan sasaran – sasaran pendidikan, dan implikasinya.
f. Supervisi hendaknya membantu memperbaiki sikap dan hubungan dari semua anggota staf sekolah, dengan orang tua siswa dan masyarakat setempat serta pihak yang terkait dengan kehidupan sekolah.
g. Tanggung jawab program seperti berada pada dua pejabat, pertama supervise sekolah menjadi tanggung jawab kepala sekolah sedangkan pengawas bertanggung jawab atas supervise semua sekolah yang menjadi wewenang pembinanya.
h. Supervisi yang merupakan bantuan dan pembinaan untuk guru dan staf TU
i. Evaluasi silang antar supervisor.
j. Supervise merupakan wahana untuk menjelaskan dan berdiskusi tentang hasil – hasil penelitian pendidikan yang mutakhir, tetapi belum ada wadah mengkomunikasikannya.








RANGKUMAN
1. Supervisi adalah kegiatan berupa bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh supervisor yaitu pengawas dan kepala sekolah kepada guru dan staf tata usaha untuk meningkatkan kinerjanya dalam mencapai tujuan pendidikan.
2. Meskipun supervise ditujukan kepada guru dan staf tata usaha namun dampak dari bimbingan dan bantuan tersebut akan terasa pada siswa dalam bentuk meningkatnya prestasi belajar.
3. Ada empat tipe supervise yaitu ; a. Tipe inspeksi, b. laisses faire, c. Coersive, d. demokratis
4. Prinsip – prinsip supervise, antara lain ;
a. Supervisi adalah pemberian bimbingan dan bantuan kepada guru dan staf tata usaha agar mampu meningkatkan kinerja
b. Bimbingan dan bantuan diberikan secara langsung
c. Bimbingan dan bantuan harus dikaitkan dengan peristiwa yang memerlukan bimbingan
d. Dilakukan secara kontiniuitas dan konsisten
e. Dilakukan dalam suasana yang kondusif
f. Dokumentasi hasil pengawasan