Sabtu, 19 Desember 2009

KURIKULUM HUMANISTIK

PENDAHULUAN

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, Tuhan yang selalu memlihara dan selalu memberi petunjuk kepada hamba – Nya yang selalu mau berubah dan berusaha, sholawat dan salam kepada Rasulullah SAW semoga semangat perubahan selalu ada dalam sanubari kita.
Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan, kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan, oleh karena itu peran kurikulum sangat signifikan dalam dinamika pendidikan.
Jika kita melihat pendidikan di Indonesia, sering sekali terjadi perubahan kurikulum, dan sampai saat ini yaitu KTSP, akan tetapi perubahan kurikulum tidak mampu mendongkrak kualitas pendidikan, hal ini dikarenakan kurikulum yang diterapkan tidak mampu menjawab tantangan global atau pun tantangan kekinian.
Ada banyak model kurikulum yang berkembang dalam pendidikan, diantaranya adalah kurikulum subye akademis, kurikulum humanistik, kurikulum rekonstruksi sosial dan kurikulum teknologis, perkembangan model kurikulum tersebut tentunya tidak lepas dari banyak faktor diantaranya kebutuhan dan kondisi sosial politik.
Dalam makalah ini, kita akan membahas salah satu dari model kurikulum diatas yaitu kurikulum humanistik, yang mana kurikulum humanistik merupakan sebuah upaya untuk melakukan humanisasi dalam proses pendidikan. Dan menganggap bahwa manusia memiliki potensi, kekuatan dan kemampuan dalam dirinya.









KURIKULUM HUMANISTIK
I. PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Kurikulum Humanistik
Munculnya teori pendidikan empiristik merupakan cikal bakal dari munculnya pendidikan humanis yang kemudian diikuti dengan kemunculan kurikulum humanistik, hal ini dikarenakan sama – sama mengakui bahwa dalam setiap diri manusia tedapat potensi, dan potensi itulah yang akan dikembangkan melalui pendidikan.
Pendidikan humanistik merupakan model pendidikan yang berorientasi dan memandang manusia sebagai manusia [humanisasi], yakni makhluk ciptaan Tuhan dengan fitrahnya. Maka manusia sebagai makhluk hidup, ia harus mampu melangsungkan, mempertahankan, dan mengembangkan hidupnya. Maka posisi pendidikan dapat membangun proses humanisasi, artinya menghargai hak-hak asasi manusia, seperti hak untuk berlaku dan diperlakukan dengan adil, hak untuk menyuarakan kebenaran, hak untuk berbuat kasih sayang, dan lain sebagainya.
Pendidikan humanistik, diharapkan dapat mengembalikan peran dan fungsi manusia yaitu mengembalikan manusia kepada fitrahnya sebagai sebaik-baik makhluk [khairu ummah]. Maka, manusia “yang manusiawi” yang dihasilkan oleh pendidikan yang humanistik diharapkan dapat mengembangkan dan membentuk manusia berpikir, berasa dan berkemauan dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan yang dapat mengganti sifat individualistik, egoistik, egosentrik dengan sifat kasih sayang kepada sesama manusia, sifat menghormati dan dihormati, sifat ingin memberi dan menerima, sifat saling menolong, sifat ingin mencari kesamaan, sifat menghargai hak-hak asasi manusia, sifat menghargai perbedaan dan sebagainya.
Kurikulum merupakan aspek pendidikan yang prinsipil, sebagai turunan dari tujuan, cita – cita atau orientasi pendidikan nasional , sehingga kurikulum menjadi peran yang sangat besar dalam pendidikan. Ada banyak model kurikulum yang berkembang dalam dunia pendidikan, ada banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan kurikulum diantaranya adalah satu ; kebutuhan zaman, dua ; pengaruh sosial politik, dan lain sebaginya.
Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa kurikulum humanistik berawal dari aliran pendidikan empiristik kemudian lahirlah pendidikan humanis dan lahir pula kurikulum humanistik, sehingga kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanis, yang mana kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi ( Personalized Education ) yaitu Jhon Dewey ( Progressive Education ) dan J.J. Rousseau ( Romantic Education ) . yang mana aliran ini lebih memberikan tempat kepada siswa, artinya bahwa aliran ini beranggapan bahwa manusia adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan, manusia adalah subyek sekaligus obyek dalam pendidikan, dan juga manusia memiliki potensi , kekuatan dan kemampuan dalam dirinya bukan seperti yang dikatakan oleh para nativistik bahwa manusia tak ubahnya gelas kosong yang harus diisi oleh guru, para humanis juga menganggap bahwa manusia atau individu merupakan suatu kesatuan yang utuh dan menyeluruh ( gestalt), sehingga berangkat dari sini, pendidikan diarahkan kepada membina manusia yang utuh bukan saja segi fisik dan inteletual tetapi juga segi sosial dan afektif . Sehingga dalam pendidikan humanistik meniscayakan akan terbangunnya suasana yang rileks, permissive, dan akrab, sehingga siswa dapat mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya.
Dalam pendidikan humanis juga ditekankan bagaimana siswa dapat memperluas kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan, ini semua merupakan sebuah solusi dari semakin jauhnya pendidikan dari realitas sosial, oleh karena itu pendidikan humanis berusaha untuk mengembalikan pendidikan kepada realitas sosila dengan menanamkan nilai – nilai sosial dalam proses pendidikan.
Ada beberapa aliran yang termasuk dalam pendidikan humanis yaitu pendidikan ; konfluen, kritikisme Radikal, dan Mistikisme Modern . Kurikulum konfluen dikembangkan oleh para ahli pendidikan konfluen yang ingin menyatukan segi – segi afektif ( sikap, perasaan, nilai ) dengan segi – segi kognitif dan pendidikan konfluen menekankan keutuhan pribadi, individu harus merspons secara utuh, akan tetapi pendidikan konfluen kurang menekankan pengetahuan yang mengandung segi afektif, menurut mereka kurikulum tidak menyiapkan pendidikan tentang sikap, perasaan, dan nilai yang harus dimiliki murid – murid, kurikulum hendaknya mempersiapkan berbagai alternatif yang dapat dipilih murid – murid dalam proses bersikap dan berperasaan dan memberi pertimbangan nilai , yaitu dengan mengajak siswa untuk menyatakan pilihan dan mempertanggung jawabkan sikap – sikap, perasaan – perasaan dan pertimbangan nilai yang telah dipilihnya.
Ada beberapa ciri kurikulum konfluen diantaranya adalah :
- Partisipasi, kurikulm ini menekankan partisipasi murid dalam belajar, kegiatan belajar adalah belajar bersama,
- Integrasi, melaui partisipasi dalam berbagai kegiatan kelompok terjadi interaksi, interpenetrasi, dan integrasi dari pemikiran, perasaan, dan juga tindakan,
- Relevansi, kurikulum berupaya melakukan kontekstualisasi dengan kebutuhan di zamannya, dan juga kebutuhan siswa baik minat dan bakat,
- Pribadi anak, kurikulum ini juga berupaya mengakomodasi dan menempatkan siswa di posisi utama, sehingga siswa dapat mengembangkan danb mengaktualisasikan segala potensi dirinya.
- Tujuan, pendidikan ini bertujuan menegmabangkan pribadi yang utuh, yang serasi dengan dirinya maupun lingkungan.
Dasar kurikulum konfluen adalah psikologi gestalt begitu juga prinsip pengajarannya menerapkan terapi gestalt yang menekankan keterbukaan, kesadaran, keunikan, kesatuan dan keseluruhan dan tanggung jawab pribadi
Krikisme Radikal bersumber dari aliran naturalisme atau romantisme Rousseau, mereka memandang pendidikan sebagai upaya untuk membantu anak menemukan dan mengembangkan sendiri segala potensi yang dimilikinya , sedangkan Mistikisme modern adalah aliran yang menekankan latihan dan pengembangan kepekaan perasaan, kehalusan budi pekerti, melalui sensitivity training, yoga, meditasi, dan sebagainya .

B. Karakteristik Kurikulum Humanistik
Kurikulum humanistik memiliki beberapa karakteristik yang tidak lepas dari karakteristik pendidikan humanis, diantaranya adalah :
- Adanya hubungan yang harmonis antara guru dan siswa
Untuk membangun suasana belajar yang baik, hubungan antara guru dan siswa harus pula dibangun seharmonis mungkin, sehingga guru tidak terkesan menakutkan, karena pengaruh psikis sangat mempengaruhi daya tangkap siswa dalam belajar, jika kita lihat fenomena pembelajaran disekolah, ada istilah guru killer ataupun dosen killer, ini merupakan bukti bahwa ternyata masih ada dalam proses pembelajaran yang mana guru atau dosen yang ditakuti oleh para siswa atau mahasiswa, dan berimplikasi terhadap daya tangkap siswa.
- Integralistik
Maksudnya adalah dalam kurikulum humanistik menekankan kesatuan perilaku bukan saja yang bersifat intelektual ( Kognitif) tetapi juga emosional dan tindakan, ini merupakan komitment dari pendidikan humanis yang mana berupaya untuk mengembalikan pendidikan kepada realitas sosial.
- Totalitas
Maksudnya adalah kurikulum humanistik harus mampu memberikan pengalaman yang menyeluruh ( totalitas ) , bukan terpenggal – penggal ( parsial )

- Model Evaluasi tidak ada kriteria pencapaian
Seperti yang dijelaskan diatas bahwa kurikulum menekankan totalitas, oleh karena itu dalam model evaluasi yang dilakukan tidak ada kriteria pencapaian, karena kurikulum ini lebih menekankan proses bukan hasil, jika kita melihat fenomena UNAS dalam pendidikan kita di Indonesia, kriteria pencapaian yang diformat dalam UNAS sangat tidak humanis, karena hanya menitik beratkan kepada aspek kognitif sehingga keberhasilan pendidikan hanya di nilai dari angka bukan sikap, walaupun dalam KTSP format penilaian menggunakan aspek sikap. Tentunnya hal ini bertentangan dengan pendidikan humanis yang berorientasi terhadap pengembangan potensi manusia.


II. .KESIMPULAN
Dari sekelumit penjelasan tentang kurikulum humanistik dapat kita mengambil beberapa kesimpulan, diantaranya adalah :
- Kurikulum humanistik pada dasarnya muncul atas reaksi terhadap aliran pendidikan nativistik yang mana menganggap bahwa manusia tak ubahnya gelas yang kosong yang harus diisi oleh guru.
- Kurikulum humanistik berorientasi kepada pengembangan potensi yang ada dalam diri manusia dengan optimal, sehingga dalam prakteknya kurikulum humanistik lebih mengedapankan aspek potensi anak dan berpusat pada siswa.
- Kurikulum humanistik berorientasi kepada kondisi kekinian, sehingga dalam kurikulum ini berusaha untuk menyajikan sesuatu yang mana itu memang dibutuhkan oleh siswa dimasa sekarang.
- Kurikulum humanistik menganggap bahwa manusia atau individu merupakan suatu kesatuan yang utuh dan menyeluruh ( gestalt), sehingga berangkat dari sini, pendidikan diarahkan kepada membina manusia yang utuh bukan saja segi fisik dan inteletual tetapi juga segi sosial dan afektif


DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an Surat Al Imran
Nana Syaodih Sukmadinata , Pengembangan Kurikulum ; Teori dan Praktek . ( PT. Remaja Rosdakarya; Bandung ) 2007 .
Suyanto dan Djihad Hisyam Refleksi dan Reformasi Pendidikan Di Indonesia memasuki millennium III. ( Adi Cita Karya Nusa; Yogyakarta ) 2000
Musthofa Rembangy, M.S.I. Pendidikan Transformatif, Pergulatan kritis merumuskan pendidkan di Tengah arus Globalisasi, ( Penerbit Teras; Yogyakarta ) 2008.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar